Kungkungan Jiwa

Luas terbentang tapi tak menantang...
Udik sang laku anak pelosok datang...
Gamelan berbisik seakan berdendang...
Sedikit raga terhempas melayang...
Semenit jiwa tertinggal jauh hilang...
Gerimis mengundang...
Hajaran sang air turun tajam..
Overlap dari sayap menusuk menghujam..
Polah manusia semakin runyam...
Eh tapi kok tidak berkokok ayam...
Hujan mendera tapi hati tak diam..
Seribu senyum jatuh berdebam..
Adakah sesempit ini..
Abdi manusia yang tercekal benci..
Bodohnya diriku tak berdiri..
Telah basah urunglah berlari...
Mencekam sang petir...
Tak ku lihat ancaman takdir..
Hanya diaspora sebuah drama...
Anak manja gusar oleh mama..
Baiklah mencoba...
Tapi kau tahu apa..
Lubermu tak sejengkal danu Toba...
Ruh yang katanya..
Sungguh menghilang terhantam alam raya...
Hanya duduk lesu emban sahaya..
Terang yang di tunjukan...
Fiktim nurani bertemakan cahaya..
Bisu sok mengkritis ...
Cadal otak muntap dalam bis...
eh kok lurus...
Kataku tak bisa lagi bersembunyi..
bahwa hanya untuk hidup dalam mimpi..
Kita tak seperti mengejar matahari..
Terkungkungkah dalam pojok sepi?
Duhai hati nurani..

Rinduku tak terelakkan lagi... 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nomor Stambuk, nomor legenda.

Gila Sama Dengan Waras

Jejak Temu