Kedegilan nan Kolot


Kedegilan serta kekolotan harus diperangi!

Tak mengenal ada kesatuan darah maupun daging, kedegilan tetaplah kedegilan!

Tengoklah sekitarmu, berapa banyak kedegilan serta kekolotan dalam dunia ini. kolot yang berpengatahuan bisa dimaklumi, namun demikian pengetahuan pun berkembang biak tak akan bisa stagnan. Temuan baru menutupi temuan lama dan seperti itu adanya. Jika yang jadi soal adalah ‘salah’ dan ‘benar’ ini susah, yang tua merasa pengalamannya lebih mumpuni daripada yang muda. Olah pikir tradsional apakah masih relevan dengan pegeseran zaman? Tidak bisa, masa kecil masing-masing manusia memiliki latar perbedaan yang signifikan. Secara dialektik menggunakan cara lama untuk mendidik sudahlah usang! Di zaman kekinian jika sang pendidik tidak bisa menyamakan langkah dengan deru zaman maka degradasi pola pikir ke arah kekolotan. Dengan entengnya dan ini yang tak ku senangi, mereka yang merasa mempunyai umur jauh diatas kita mudahnya berujar “Diomongi wong tuek ki ngandel” jika perkataan mereka dibantah. Lantas terjadikah apa yang diomongkan? Itu tergantung sugesti dan amalan baik manusia, manakala pengalaman zaman tak relevan maka sudah seharusnya tong sampah mewadahi. Sudah seharusnya!

Gejala kedegilan serta kekolotan banyak berangkat dari ketergengsian, harga diri, ingin dihargai entah sebagai manusia atau sebagai ingkang dipun sembah. Apa susahnya hanya memperingatkan, toh juga manusia yang menjalankan bukan dia sang pembisik. So, buat apa repot memaksakan kehendak? Tengoklah gurumu, masihkah mereka bersikukuh dengan pendapatnya yang dirasa benar? Jika guru ada yang menyatakan bahwa pendapatnya benar dialah orang termunafik! Sekali lagi orang termunafik! Karena ‘salah’ atau ‘benar’ ito soal penawaran serta penalaran setiap insan. Apalah arti sebuah kebenaran jika tak relevan dengan laku tempat? Aku memang tak suka dikekang, cukuplah aku yang merasa terkekang tak usah yang lain, bukanlah kebebasan itu tujuan? Tapi bagaimana memaknai kebebasan yang lebih ‘complicated’ dibandingkan pengekangan. Iya…. Dalam pengekangan banyak keterbatasan, keterbatasan itulah yang melahirkan penemuan handal! Adakah penemuan dari miliu kebebasan yang ditemui hari ini? tengoklah negerimu dan desamu, ada?


Apa guna kekolotan, bukankah ini alam demokrasi yang menawarkan beragam sumbangsih pikiran? Sungguh alam demokrasi tak terjadi antara sistem guru dan murid serta keluarga. Koarkan demokrasi bertarafkan semut, aku tak mengenal hirarki kehormatan. Yang ku tahu hanyalah manusia dengan ‘kemanusiannya’. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nomor Stambuk, nomor legenda.

Gila Sama Dengan Waras

Jejak Temu