Asa Untuk Timnas U22 : Sebuah Ulasan Sederhana Vs Puerto Rico
Timnas Indonesia kembali imbang, hmmm. Sepertinya
hal yang biasa, malah sering kalah. Pola permainan, fisik kedodoran, organisasi
pertahanan, atau konsentrasi sering menjadi alasan jika timnas kalah. Tapi tunggu,
ada baiknya menunggu. Timnas tidak semena-mena bermain imbang dengan lawannya
setidaknya dalam pertandingan tadi malam.
Bermain di hadapan publik sendiri,
ekspektasi digantungkan tinggi pada pundak para pemain. Bertempat di Maguwoharjo
Internasional Stadium selasa (13/06), markas yang terkenal dengan kreasi
suporter PSS Sleman Brigata Curva Sud /BCS (yang semalam hanya terdengar
nyanyiannya saja, tanpa koreo atau aksi memukau lainnya yang sering terlihat
ketika PSS bertanding). Indonesia U22 dengan gagah berani menantang sangara Puerto
Rico senior, meskipun banyak mempertanyakan sebenarnya Puerto Rico itu dimana sih? Nama klub
ya? Silakan cari sendiri.
Peran pemain senior
Bermain dengan mengandalkan beberapa
pemain senor, semisal Kurnia Meiga, Stefano Lillipaly, Bayu Pradana, Irfan
Bachdim dan Fahruddin Ariyanto memang bagi yang melihat pertandingan semalam
pasti merasa terhibur. Pemanggilan beberapa pemain senior terlihat sangat
meyakinkan, karena masing-masing memang memegang peranan penting dalam laga melawan
Puerto Rico yang berkesudahan skor kacamata. Lillipaly yang mengisi posisi Adam
Alis tampak lebih mobile dan fluid dalam bergerak, meski belum
banyak memberi umpan kunci. Ini tidak lepas dari pola permainan yang
diperagakan oleh sang lawan, tapi bisa dilihat bagaimana ketenangan yang mampu
ditularkan oleh lillipaly.
Sebagai orang terakhir di garis pertahanan,
Kurnia Meiga yang kembali menjabat sebagai kapten timnas U22 bermain gemilang. Emosi
meledak-ledak yang sering ditunjukkan kala bermain bersama klub Arema Fc tidak
terlihat, malah sifatnya tenang, mengayomi, membuat rasa aman bagi jantung
pertahanan. Beberapa kali terlihat Kurnia Meiga terlibat dalam menjaga aliran
bola agar tetap dalam penguasaan tim. Kali ini positioning yang diambil
pun tepat, dengan begitu Kurnia Meiga nampak sukses menjalankan perintah
pelatih. Lemparannya pun tidak mengecewakan, tempo permainan berhasil di
kontrol dengan baik. Kurnia Meiga nampaknya sangat cocok dengan pola serangan
balik yang langsung memberikan bola kepada para pemain sayap Indonesia yang
terkenal dengan kecepatannya. Komunikasi dengan para bek berjalan dengan baik,
setidaknya pada babak awal Kurnia Meiga berhasil memberi garansi keselamatan
gawang timnas U22. Sangat berbeda dengan babak kedua, ketika sang kapten
digantikan.
Bergerak sedikit maju ke depan, Fahruddin
bahu membahu dengan Bagas Adi menjaga gawang tetap steril. Ketenangan serta
pengalaman Fahruddin sangat terlihat, Bagas dibimbingnya dengan baik. Beberapa kali
terlihat intercept mapun blocking yang dilakukannya dengan baik. Duel
udara pun berhasil beberapa kali dimenangkan, meski masih sering kerepotan
melawan keunggulan jumlah pemain lawan. Nampaknya Fahruddin semalam dituntut
aktif dalam permainan, berapa kali umpan lambungnya terlihat sampai kepada
pemain yang dituju. Dipoles sedikit, maka kita akan lihat Bonucci Indonesia. Koneksi
yang dibangun bersama Bagas berjalan lancar, meskipun menurut Detik ada beberapa
kelemahan komunikasi antara keduannya. Fahruddin kiranya berhasil menutupi
kelemahan Bagas dalam duel udara.
Meskipun terlihat beberapa kali kecolongan
oleh pemain Puerto Rico, Bayu Pradana yang kembali memegang peran sebagai
gelandang jangkar setidaknya berhasil memberi stabilitas permainan di lapangan
tengah Indonesia. Kolaborasinya dengan Hanif Sjahbandi yang berperan sebagai
gelandang box to box mampu meredam agresifitas lini tengah lawan,
sekaligus mengendalikan permainan. Hal ini dibuktikan dengan statistik penguasaan
bola Indonesia yang unggul 55% semalam. Dengan adanya Bayu Pradana Hanif
Sjahbandi lebih bebas untuk bergerak maju untuk membantu penyerangan, demikian
dengan duet bek Bagas Fahruddin yang merasa aman terlindungi. Meskipun pada
babak kedua Bayu sedikit kewalahan menghadapi gempuran serangan lawan.
Berperan agak sedikit melebar di sisi kiri
penyerangan, Irfan Bahdim memberikan dimensi lain dalam skema menyerang maupun bertahan. Dengan staminanya Irfan berapa kali terlihat membantu pertahanan,
salah satunya terlihat dari bagaimana tekel yang dilancarkan untuk menghentikan
progresi penyerangan yang sedang lawan lakukan. Kombinasi dengan Rezaldi
menjadi tumpuan penyerangan pada babak pertama, aksi menusuk kedalam beserta
gocekannya berhasil merepotkan barisan pertahanan. Ditambah dengan pertukaran
posisi yang dilakukan dengan Lillipaly memberikan warna penyerangan tersendiri.
Pada babak kedua Irfan diberi tugas tambahan agar lebih sering masuk ke kotak
penalti ketika Yabes Roni menggantikan Posisi Marius Manewar. Menjabat sebagai
kapten setelah Kurnia Meiga keluar, Irfan memberi contoh kerja keras tanpa
henti sebagai pertanggungjawaban ban yang melingkar di lengannya.
Potensi pemain pengganti peran senior
Plus minus adanya pemain senior menurut
panditfootball adalah adanya rasa ketergantungan. Tidak bisa dibantah betapa krusialnya
peran masing-masing pemain senior yang dipanggil Luis Milla. Namun setidaknya
ada beberapa pemain yang kiranya dapat menggantikan peran mereka.
Untuk sektor gelandang serang ada nama
Zola, Evan Dimas yang dapat dikedepankan. Gol yang dicetak oleh Zola ke gawang
Kamboja setelah masuk sebagai pemain pengganti mengunci kemenangan Indonesia, dianggap sebagai pembuktian kapasitas gelandang Persib ini. Penempatan
posisi, ketenangan dalam menempatkan bola dengan kaki luar harus diacungi
jempol. Sehingga meluncurlah bola ke pojok kanan bawah dari gawang Kamboja. Kelemahan Zola hanya terletak pada fisik yang sering kalah kala
terlibat duel. Selanjutnya maestro sekaligus mantan timnas U19 yang sering
dielu-elukan Evan Dimas, arek Suroboyo yang sekarang bermain bagi klub
Bayangkara FC di Liga 1. Sosoknya kecil, tapi jangan remehkan mobilitas dan
visi bermainnya yang sering disebut di atas rata-rata. Dengan tidak dipanggilnya
pada dua pertandingan terakhir, khalayak patut mempertanyakan keputusan sang
pelatih. Jika dibandingkan secara statistik, Evan unggul atas Zola. Berbekal pengalaman
menjadi bagian dari skuad AFF 2016, ketenangan dalam memegang kendali
permainan, juga visi bermain yang ciamik arek Suroboyo ini memang lebih pantas untuk
menggantikan posisi Lillipaly untuk ke depannya. Sangat menarik untuk ditunggu
hingga waktu itu datang.
Posisi Irfan adalah posisi bancaan para
sayap timnas U22 yang terkenal dengan kecepatannya. Tercatat Febri, Sadil,
Septian David, Yabes Roni dan masih beberapa nama lagi yang siap muncul. Dari beberapa
nama yang disebutkan di atas Febri dan Septian nampak sebagai jawaban. Kecepatan
yang dimiliki Febri menjadi atribut yang mencolok, terlihat dari pertandingan
lawan Puerto Rico semalam. Beberapa umpan lambung berhasil dikejar, sayang
masih kurang pemain yang memenuhi kotak penalti. Sehingga sering umpan tariknya
terbuang sia-sia. Dengan menaruh Febri di sisi kiri, akan sedikit menghidupkan
sang RX king daripada berada di sisi kanan. Opsi kedua ada Septian David, anak muda yang
merantau jauh ke Tenggarong untuk memperkuat Mitra Kukar memiliki suatu yang
istimewa. Menit bermain yang tinggi, ditunjang dengan kemampuan individu yang
semakin berkembang menjadikan Septian sebagai salah satu pemain muda andalan
klubnya. Sebagai mantan punggawa U19 pemahaman taktiknya tak perlu diragukan. Terbukti
dengan dampak instan setelah dimasukan sebagai pemain pengganti, alur
penyerangan menjadi lebih hidup dan bervariasi. Setidaknya dua pemuda inilah
yang sangat potensial untuk menggantikan peran Irfan.
Bagaimana dengan jantung pertahanan? Tenang
saja, di sana masih ada Hansamu Yama Pranata. Pasangan ideal Fahruddin pada pagelaran
piala AFF 2016 lalu. Postur tubuh yang hampir sama dengan kompatriotnya, visi
bermain, seorang ball playing defender juga ketenangannya patut diacungi
jempol. Bukankah tanpa alasan Hansamu dijadikan duet Fahruddin hingga pertandingan
final berlangsung, jangan lupa kebiasaannya untuk membantu penyerangan pada
saat bola mati yang berujung gol ke gawang Thailand. Sepertinya kita tidak usah
khawatir kehilangan Fahruddin, patut untuk dinantikan aksi Hansamu Yama pada
pertandingan selanjutnya.
Nah, posisi penjaga gawang menjadi posisi
yang sangat rawan. Terbukti dengan digantinya Kurnia Meiga gawang Indonesia
nampak goyah, untung saja gol dianulir oleh wasit. Kemampuan satria tama nampak
belum teruji. Aliran bola yang terkadang lama seringkali menghilangkan momentum
serangan balik. Beberapa kali penonton merasa gemas karena momentum yang hilang
itu. Keterlibatan dalam mengalirkan aliran bola juga masih kurang, sesuatu yang
harus dilatih lagi. Hati-hati karena kiper Persiba Balikpapan Kartika Aji siap
untuk mengambil tempatnya jika tidak meningkatkan ketenangan dalam menjaga
gawang Indonesia.
Masa depan cerah Timnas Indonesia
Jika menonton langsung di stadion, kita
bisa melihat pola permainan yang menghibur dari timnas U22 kita. Organisasi permainan
menjadi lebih hidup, pola serangan bervariasi, keberanian untuk memainkan bola
pendek antar pemain patut diacungi jempol. Semalam kita sepertinya sudah lama
tidak menonton Indonesia yang seperti ini, terakhir pada masa jaya Indra Syafri
dengan U19 nya. Luis Milla pun mengamini, dengan berujar bahwa latihan mereka
berjalan dengan baik pada saat bertanding. Progresi dari menyerang ke bertahan
Indonesia pun terlihat lebih baik, ingat masih banyak pemain yang masih di
simpan oleh Milla.
Beberapa pergantian pemain pun dilakukan
dengan cerdas, dengan dimasukannya darah segar kembali mebuat agresifitas lini
tengah dan depan menjadi hidup. Semangat untuk kembali mendapatkan bola layak
diacungi jempol, beberapa kali terlihat bagaimana kengototan yang ditujukan
oleh pemain muda U22 ini. Strategi counter pressing atau high press patut
dicoba untuk pertandingan selanjutnya.
Terkait dengan kemampuan individu pemain
U22 ini pun Lillipaly bahkan dibuat merasa kagum. Dia merasa masa depan para
punggawa U22 memiliki prospek yang cerah, setidaknya para pemain jangan
berbangga dulu. Sehingga dapat membuktikan ucapan Lillipaly ini.
Indonesia negeri yang kaya akan pemain
bertipikal cepat, sudah seharusnya memanfaatkan kondisi ini. Postur tubuh kecil
bukanlah halangan. Dan mari berandai-andai suatu hari nanti timnas dapat
berprestasi di kancah internasional. Buktinya permainan mereka dapat
mengimbangi Puerto Rico, malah memperoleh kemenangan dari timnas senior
Kamboja. Jangan lupa mereka Timnas U22 bukan senior.
Tulisan ini dibuat berdasarkan pengamatan
dari belakang gawang. Bersandar sediikit ke Panditfootball.com dan detik.com
maka jadilah ulasan ala kadarnya. Juga sebagai tulisan pertama mengenai
sepakbola, jadi maafkanlah ulasan sederhana sang penonton dari belakang gawang.
Salam.
Komentar
Posting Komentar