Sebuah selamat untuk yang kedua.


Aku masih di sebuah warung kopi ketika melihat notifikasi siaran langsung dari instagrammu, benar seperti yang kuduga.

Ragu-ragu kulihat sebuah gambar yang kau kirimkan tempo hari melalui whatsapp, lah kok tanggal 19 januari, eits ternyata walimahannya. Akad ternyata tanggal 18 januari, langsung saja ku sentuhkan jariku di notifikasi yang melayang menggoda untuk ditutul. Selamat, Alhamdulillah lancar ya.

Eh ya, selamat bertambah usia ke 26 anak Capricorn.

Sebenarnya sedari kemarin, tepatnya setelah kau kirimkan gambar undanganmu hendak kucicil menulis sesuatu tentangmu. Ya, itu keinginanku saja. Akhirnya? Sore atau tepatnya setelah maghrib pasca sahnya statusmu menjadi Nyonya aku baru bisa mengetikannya untukmu. Akhirnya malam-malam kemarin terisi oleh penyakit nonton film, sampai si film nonton orang tidur.

Maaf ya gayanya santai kaya gini, ini bertanda tiada rasa sedih ketika tersusun aksara ini.

Baik, ritual menuliskan seseorang yang pernah hinggap dan kuanggap penting dalam hidupku menjadi ritual wajib, apalagi yang sebentar lagi bukan sekedar membangun, tetapi membangun tembok kokoh, sekat pemisah pertemanan.

Untukmu cinta ke dua dalam hidupku. (menurut klaim sepihak, heu)

Samar, aku melihatmu di kerumunan tepat ketika pada sebuah acara pengkaderan. Ku pendam rasa penasaran akanmu, sambil bertanya dalam hati siapa gerangan kah perempuan itu. Perangaimu yang riang, sederhana tanpa pupur make up yang neko-neko (ya iyalah waktu itu kau belum mengenal dunia gincu), dengan celana levismu yang khas, satu lagi senyummu yang mengundangku untuk segala memuasi rasa penasaran akanmu.

Sabar, belum waktunya modus.

Bentar, aku bingung merangkai kata akanmu. Ini masih nyari rambut yang biasanya membuat simpulnya sendiri sehingga menggoda untuk dicabut.

Kan kaya gini kalau semua serba dadakan, kau tak tergambar seperti aslinya. Yasudahlah.

Kalau soal trik modus, ini ahlinya. Kau mungkin tidak tahu sejak kapan aku tahu namamu. Aku juga lupa kapan. Heu. Kok aku bisa tahu namamu? Hayo coba ingat pernahkah kuulurkan tanganku untuk berjabat tangan denganmu, sambil bingung ngajak kenalan. Ah, itu basi. Setidaknya sudah berapa kali aku kenalan dengan model demikian (berjabat tangan) yang tak terhitung berapa kali lupanya. Aku tahu saja namamu dari beberapa teman yang memanggilmu. Oh ya, aku lupa kapan pertama kali memanggil namamu. Yang kuingat pasti, semua terjadi di tahun 2012. Itu saja. Lagian, waktu itu aku lagi puasa megang tangan cewek, kenapa? Nantikan kisahnya di lain kesempatan ya, gak kau baca juga gak apa. Penasaran boleh.

Oh iya, ternyata pesonamu sungguh menggoda. Buktinya? Banyak manusia yang mulai sok kenal denganmu, hampir semua lelaki. Ya, kau dalam kepanitian menjadi sie perlengkapan bukan? Sst kau punya inner beauty dulu, yang semakin ke sini semakin meredup. Ups. (sudah melalui konfirmasi kepada beberapa sahabatmu, utamanya pasca kakimu patah).  Ah ya siapa koordinatormu itu namanya? Iya, Abid. Dia juga memendam rasa kepadamu, selain si berangasan itu hahahahaha. Kok jahat nyebut dia berangasan sih? Padahal dia temenku sendiri? Lah, dia emang sukanya grusa-grusu saja. Aku masih ingat, kau digondol olehnya setelah acara tari hingga subuh. Masih ingat kan? Udah simpan aja. Kok saingan mendapatkanmu makin ke sini makin banyak, apalagi hpku loh citul, tambah minderku sudah. Waktu itu hpmu kan blackberry, termasuk jajaran elit (apalagi katanya hpmu garansi TAM) yang kudamba kepemilikannya. (sampai pernah tertipu oleh pelapak palsu di tokobagus)

Aku pesimis di tengah kesabaran, sambil nyari celah. Siapa tahu beruntung. Kok gini amat gambaranmu ya? Hahahahaha biarlah, moodku lagi baik.

Tahu gak? Ketika pembubaran panitia aku membawa kamera? Ya casio yang jelek itu, lalu kuambil beberapa gambar kita (bukan aku dan kamu saja), masih ada kok kusimpan rapi potonya. Sadar atau tidak itu salah satu trik modusku, haish. Teorinya dengan adanya potomu nanti pasti akan ada waktu kutawarkan beberapa poto, lalu kita bertemu. Ahay. Licin ya otakku? (kisah telusur pantai nanti ya, itu kado untukmu sebenarnya. Ssst)

Beda ya gaya penulisan antara cinta pertamaku denganmu? Ya iyalah, pas kurangkaikan kata untukmu ini beda kondisi. Dulu ngantuk, capai dan terpaksa harus nulis untuknya. Sekarang selengekan dan lebih dewasa akunya. Heu. Lebih gak teratur tepatnya, oleh sudah lama gak ngeblog dan hari ini dipaksa ngeblog untuk memberi sedikit kata pengantar atau gedobos di hari sakralmu yang sayangnya tidak patut sama sekali. Biarin ah.

Sedang kubayangkan ekpresi jengkelmu. Boleh dibaca suami kok kalua kau mau, aku pun kan tak tahu selain kau beritahu. Weeekkk.

Bret, laptopku mati. Listrik mati untuk wilayah Jekan Raya Palangkaraya sebagian, konspirasimu untuk tidak menyelesaikan tulisan ndagel ini.

Oh ya sebelum kau membaca tulisan amburadul ini, ijinkan seorang temanmu mendahuluimu. Setelah cerita usai langsung kukirimkan mentahannya acak adul ini kepadanya, katanya nanti mau disampaikannya kepadamu. Teman yang mana? Nanti kau bakal tahu yang mana.

Satu lagi, mungkin ada atau tiga seterusnya. Kisah ini hanya mula, nanti ada sambungannya. Boleh ya? Terimakasih atas keberanian dan keyakinan guna lekas menuju mahligai rumah tangga, dengan begitu nazar (yang tak sengaja kuucapkan menguap, jadi tidak perlu kena denda. yeyeyelalalala). Nazarnya apa? "aku tidak akan nikah sebelum kau nikah" yes, akhirnya aku terlepas. Terimakasih, tapi tidak pakai angsulan.

Selamat menempuh jalur baru, berdua menatap dunia. Semoga disegerakan bertiga, tapi bukan orang ketiga apalagi keempat, kelima dan setiga belas. Ini sesuai janjiku kan yang tempo hari kutilis dalam sebuah surat ngawur. Bahwa aku kan menjadi salah satu orang yang mengucapkan selamat kepadamu.

Selamat menjadi ma’mum dari Tuan Imam yang ternyata lebih tergariskan daripada seorang Rouf. Heu.

Sampai jumpa dengan nuansa canda baru kelak nanti.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nomor Stambuk, nomor legenda.

Gila Sama Dengan Waras

Jejak Temu