Ndempipis utowo Mojok.
Linimasa twitter
tiba-tiba ramai dengan hastag #goodbyemojok, sebenarnya belum termasuk trending topic. Akan tetapi
hastag ini cukup menyita perhatian yang lebih untuk diamati, dikuliti,
dipertimbangkan atau diacuhkan.
Sek, tak
check twitter sek.
Entah berapa
hari admin mojok mereteweet cuit-cuitan, sehingga memperpanjang waktu untuk nyecrol
a.k.a kepo. Sudahlah. Silakan lihat sendiri, lebih lanjutnya di @mojok. (ini
bukan promo, biar lepas dari hoax)
Sebenarnya apa
sih mojok, kok bisa-bisanya menyedot atensi pembaca Jogja (khususnya) dan
manusia umumnya?
Hmmmm. Mojok.
Minggir. Dempipis nang pojokan. Usil. Jahil. Mbulet. Wes opo meneh,
isien dewe. Sebenarnya kronologi jedunduke mojok sendiri terdiri
dari beberapa mazhab, mazhab lor, kidul, etan, kulon yang sayangnya tidak akan dibahas di sini.
Baiklah,
perkenalan dengan mojok dimulai ketika seorang teman mengespegekan web dengan
kata renyah, sok serius, dagel di akhir. Entah, berapa terisi kantongnya kerana
berhasil menggaet konsumen. Terakhir teman ini masih setia mengikuti mojok,
walau harus berijtihad meminjam hp dari temannya.
Mojok dianggapnya sebagai
berita paling terpercaya, mengungguli rating detik, titik, koma, tanda tanya
dan tanda pentung. Kalau ada pembaca setia untuk mojok, baik secara diam-diam
ataupun terang-terangan pasti akan tak rekomendasikan temanku satu itu. Bahkan terakhir
kedapatan beliau memakai kaos bertuliskan mojok, sampai sebegitunya cintanya
terpaku. Tidak sedikit air mata yang meleleh dari pipinya mengetahui harus
berpisah dengan mojok.co, asupan gizi wajibnya tiap pagi.
Hmmmmm. Aku pun
dibuat keranjingan ngeponi mojok sejak pengespegeaan itu. Kira-kira tahun 2013
atau 2014 perkenalan itu terjadi. Mojok ibarat gadis cempreng, mukanya
pas-pasan, dari gestur dan intonasi suara sungguh tidak begitu memenuhi standar
mas Anang. Akan tetapi, ada tetapinya loh ini. Ada magis pelet untuk
selalu mengunjungi, hanya sekedar untuk melihat, mendengar maupun diam
menyaksikan tingkah polah sang gadis. Ini tidak lebay, hanya banyak berlebihan
yang tidak sedikit. Gadis itu mampu menstimulus kelenjar tawa. Mengeluarkan kata
misuh yang melegenda, jancuk, asu, celeng, babi dan penghuni kebun binatang
lainnya. Nah untuk masalah dosa yang mereka buat karena memisuhkan pembaca itu
bisa ditanyakan kepada para ulama alumni aksi 1, 2,3, 4, 5, 6, 7, 8, 9. 583,
684 dan dan dan lanjutkan sendiri.
Tidak jarang
tulisannya menukik tajam, tetap saja akhirnya agus magelangan. Agus adalah
orang yang sangat dipercaya paling guanteng seantero masyarakat mojok. Ibarat kata
tulisan tanpa agus bak micin tanpa garam, eh. Apapun minumnya agus sasaran
bullyingnya, eh apapun tulisannya teh botol gelas minumnya. Loh kok ngene,
embuh wes mas. Sak karepmu lek nulis. Ajaaib agus tak pernah bergeming. Setidaknya
dia harus berbangga. Banyak orang yang peduli dengan mempromosikannya tanpa
dibayar sepeser pun, untuk itu agus kudu bersyukur atas bullying ini. toh,
setidaknya banyak yang penasaran hingga mati-matian pergi ke warnet untuk
mengetik huruf A.G.U.S M.A.G.E.L.A.N.G.A.N di mbah google yang ternyata
hasilnya tidak lebih dari pantat wajan gosong. Maaf gus, bukan maksud ngenyek,
sungguh ini takziman untuk kegantenganmu tiada tara.
Frekuensi berkunjung
ke mojok mulai turun, ada banyak alasan. Salah satu perselingkuhan yang tak
lakukan ke panditfootball.com, yang lebih pasti, akurat, dan nggemesi. Dengan
mojok, Felix Siauw dimanusiakan pada tempatnya. Iya. Felix siauw masih dianggap
ustadz tapi tidak diustadzkan sebagai manusia. Ya manusia saja yang tidak lepas
dari gosip penulis-penulis mojok, semoga para penulisnya dirahmati Tuhan. Toh tujuannya
untuk menghibur, tidak lebih kan ya?
Mojok bisa
disebut sebagai wadah curhat penulisnya. Juga sebagai ajang hooh ya para
pembacanya. Pelarian. Lari-lari kecil sambil tersenyum menggumam assu. Berapa tahun
kutinggalkan kau, ternyata kau banyak berubah jok. Banyak wajah baru
bermunculan. Sayangnya tidak bisa kukenali, saking banyaknya. Mengharapkan stagnasi
padamu sungguh naïf, dunia berubah, manusia berambut, pohon berakar, kok ya
mojok gak boleh berbenah? Ya aneh to ya?
Terakhir,
aku terlibat diskusi kecil perihal mojok masa kini kalau gak bener tempatnya di
sebuah café hits dekat kridosono. Awal pemantik pun sekedar iseng-iseng ngeponi
ige. Kok di kolom komentar ada buku mojok yang komen. Tak perhatikan lagi, eh
ternyata buku yang dibaca adalah buku terbitan mojok. Tunggu. Buku terbitan
mojok. Buku karya mojok. Ya ini benar-benar mojok.
Sejarah mula
penerbitan buku mojok itu di luar kuasa. Sungguh. Kebetulan main ke toko buku. Kebetulan
bingung nyari buku. Kebetulan pingin beli buku. Kebetulan muter-muter. Kebetulan
nemu. Kebetulan bimbang. Kebetulan ekonomis. Kebetulan yakin. Akhirnya kebetulan
dibeli. Kalau gak percaya, mampirlah ke rak buku. Ada sebuah cerpen anak
biologis dari mojok. Ceritanya tentang apa? Eh kok malah promosi, gak apa
sekalian. Heu. Kisah bercerita tentang Aceh. Pingin tahu lengkapnya, beli
donngggggggg.
Baik. Kembali
lagi ke setting layar kafe. Kami sebagai generasi peduli mojok, harus
bertanggungjawab menambah jumlah viewer web. Dengan cara sering
mengunjungi mojok. Tapi apalah daya, beberapa hari sebelum pertemuan ada
sedikit membaca tulisan di mojok. Kok rasanya beda? Beda? Ya itu banyak penulis
yang muncul. Genrenya sih aslinya lebih variatif, diamini dengan membludaknya
orang yang ingin curhat di mojok. Sungguh menambah berat kerja sang editor. Setidaknya
kok gak nemu yang model satir. Sok serius. Tapi dagel di akhir. Apa hanya
perasaan saja? Nampaknya si teman berpendapat serupa. Mojok mulai kehilangan
keluguan dan kelucuannya. Inilah yang mungkin memantapkan hati untuk yakin
menjatuhkan hati kepada pandit football. Apalah daya, maaf jok.
Hingga apa
yang ditakutkan terjadi. Tagar #goodbyemojok tiba-tiba menyeruak di dinding
twitter. Ada apa gerangan dengan mojok?
Beragam manusia
bercuit menyayangkan, kok selamat tinggal? Tulisanku belum dimuat-muat dan
sering ditolak kok udah pakai acara tutup segala, kata seorang netizen. Intinya
banyak yang menyayangkan, gak tahu apakah ada yang bergembira. Ada desas-desus
yang berkembang, pentolan mojok banyak memilih gak mojok di web baru. Entahlah.
Yang jelas ada suatu khas yang hilang, membuat gadis cempreng bermuka pas-pasan
kurang menarik lagi.
Teman ngobrolku
tadi berujar “Seng mbok ramalke bener cuk, mojok kukut.” Loh sebenarnya
ramalan apa? Aku tidak termasuk segelintir orang yang menghendaki mojok tutup. Bukan.
Lha wong nembak mojok saja tidak pernah, kok membenci. Maksud teman saya
begini, mungkin ciri khasnya sedikit hilang yang berujung kepada intadziri
saah.
Semua yang
terjadi tidak usah disesali, rapat direksi mojok telah sepakat untuk menutup
mojok. Web yang melegenda di tengah arus yang serius. Semoga temenku tetap
teguh dan berhasil move on dengan banyak membeli buku-buku terbitan mojok.
Hhhhhm layak
ditunggu akankah ada mojok reborn. Mojok 2. Mojok lagi. Bukan mojok. Atau ndempipis.
Aduh, wes azan waktune ngibadah sek. Terimakasih mojok, sampai jumpa
lain waktu.
Mengko tak
rewangi dungo seng terbaik dunyo lan akhirat mari sholat jok, ben amal ibadahmu
diridhoi olehNya.
Komentar
Posting Komentar