Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2015

Pertemuan...

          Hai teman lama apa kabar? Aku sungguh penasaran dengan pengalamnmu yang akan kau bagikan denganku. Kegetiran serta beban yang seharusnya tak kau pikul serta seharusnya ada ditanganmu kau pikul dengan genggaman erat. Alibimu mulia taat kepada orangtua kau rela menyisihkan egomu demi sebuah ‘kebahagian’. Kebahagian yang tentunya menyisakan rasa getir nan nanar di pundakmu. Semacam ketidakberdayaan memenuhi takdir yang sayangnya begitu-begitu saja. Tidak bolehkah kita memenuhi takdir sendiri sebagai perwujuan kapasitas manusia beradab nan unggul?           Hai teman….           Pantaskah aku kau anggap teman sedangkan aku hanya mampu membuat harimu semakin tak menarik. Meringankan tidak, membebani iya. Setelah beberapa tahun tak bertemu seakan mencanggungkan suasana. Naïf rasanya jika mengharapkan kau tidka berubah. Demikian pula denganku yang terasa sang...

Ngarep....

          Harapan sering hanya menjadi harapan, petuah yang gampang dihapal tapi sembelit prakteknya. Mengapa tidak, rencana sudah tersusun rapi lah kok tiba-tiba saja dibelokan dengan mudah oleh sang ‘mbaurekso urip’. Melawan kah? Membiarkan diri kah seharusnya? Atau membuktikan bahwa kita siap dengan apapun.           Lantas jika kau pernah membaca atau sekedar menghapal kitab suci agamamu Islam pasti akan menemukan ayat yang kurang lebih artinya begini ‘Bisa saja apa yang kau benci itu terbaik bagimu, dan bisa saja apa yang kau senangi itulah yang terburuk bagimu.’  Nah loh kebetulan aku salah satu makhluk yang tahu dan hapal ayat ini. Jancok gak sih? Disisi lain melawan disisi lain manut. Nah masalah sendiko dawuh terkadang aku tidak suka. Jujur saja banyak kejutan dibalik rencana Tuhan, aih dilema tersendiri bukan? Alam mana alam aku butuh refreshing.        ...

Hujan Malam Minggu

Hujan yang tak diuandang tak lekas pergi angkat kaki dari tanah yang ditimpuk lalu dibuatnya terpaksa menampung sampah langit. Ini bukan masalah yang sering diharapkan oleh para manusia yang tidak betah sendiri yang mungkin terseret nasib atau usaha yang kurang keras mendapat gelar jomblo atau sedang tidak ada yang tertarik kepadanya. Sekedar gerutu tapi bukan sejenis kutukan jatuhnya air dari muka langit kepada sang pencipta. Demi apa harus dikutuk rahmat Tuhan dari turunnya hujan, bukankah anak kecil itu selalu riang bila hujan datang. Tarian,mainan tak sebanding dengan apa yang akan terjadi esok hari, entah berbuah masuk angin, penyakit lain yang menggerogoti. Senyuman, keriangan seorang anak kecil adalah murni adanya, tidak seperti orang dewasa yang berusaha memagari diri dari hujan seakan hujan itu sumber penyakit. Apa do’a para jomblo yang merasa terisolir dari kenikmatan duniawi berupa wanita dikabulkan? Terlalu gelap untuk menerangkannya. Malam minggu memang hampir sama dengan...

Maklum..lagi...

Titik berat sekaligus ringan dalam kehidupan ini adalah memaklumkan “maklum”. Entah sudah berapa kali kita diharuskan memaklumi, keadaan, situasi, blablabla yang telah lalu lalang dalam jejak langkah. Tak usah jauh lah, masih terngiang kan kata-kata sakti waktu kecil? Semoga sadar sekarang atau lekas sadar segera. Demi kata stabilitas dan keamanan nasional betapa mudahnya memberakkan nyawa manusia. Separuh warga “Indonesia” berakhir tragis tanpa tindak lanjut dan usang dilupakan. Ini demi maklumat kestabilitasan nasional loh ya, bukannya kestabilan kekuasaan ya bapak? Apakah Asal Bapak Senang masih berlaku? Masalah yang tak lekang oleh waktu sama dengan proyek perbaikan jalan di Pantura yang menjadi proyek sampai hari kiamat. Jika merasakan pernah tinggal di Kota ya setidaknya pernah mampir pasti pernah melihat atau sekedar merasakan persaingan ketat dalam banyak aspek. Terlihat jelas pada persaingan ketat tatkala lampu berubah hijau. Masing-masing ingin lekas sampai tujuan, perseta...

Harap Maklum

Kelebaian yang berlebih mungkin yang menjangkit seluruh raga kini, lebih tepatnya kegumunan berlebih dari perpindahan partikel ke partikel lain dengan tanpa persiapan. Minggu hari ini di tanggal yang lain masih seperti kemarin rasanya. Minggu yang santai tanpa hiburan berarti dan tololnya banyak waktu yang terbuang sia-sia, apalah guna banyak waktu luang tapi menyia-nyiakannya. Oh itu terasa sekali kemarin, rencana menjalin silaturahmi tidak jadi. Tak apalah demi MU, ya apalagi yang bisa diharapkan dari dunia pertelivisian masa kini selain tayangan langsung sepakbola. Pun belum sepenuhnya lega menghampiri karena terkadang saja klub yang kita dukung nongol di TV atau secara kebetulan disiarakan. Kecuali sepakbola Indo yang ribetnya minta ampun, masing-masing menanggap benar dan tak mau disalahkan. Ini persis dengan ceramah Mochtar Lubis di Taman Mini Indonesia Indah yang salah satu poinnya menilai bahwa manusia Indonesia kurang bisa bertanggungjawab. Nah, itu benar terjadi adanya, bada...

Pagi ini

Sebuah kata selamat datang, pagi ini memang bukan pagi yang luar biasa. Pagi yang sama dengan pagi yang lain, tentunya dengan perasaan damai masih menyelimuti kelebihannya kali ini maqamnya berbeda. Ya di tempat yang kebetulan ku injak ini merupakan kota terbesar di Kalimantan Tengah, siapa yang tidak tahu Kota Palangkaraya ibukota Kalimantan tengah selain boomingnya Pangkalanbun yang tiba-tiba saja menyeruak ke permukaan pasca tragedi keplesetnya pesawat mahal berpromo melimpah. Sekilas nampak ganjil dengan tata letak kota ini, bangunan berpendar dari masing-masing penjuru, kotanya lengang, lalu lintasnya berjalan lancar, masing-masing pengemudi berjalan santai. Tak terasa hawa ibukota yang melulu digambarkan dengan keglamoran. Tengoklah Surabaya dengan aktifitas macet, polusi sebagai makanan ringan, gedung berderet tinggi bersaing. Semarang pun demikian, meski tidaklah terlalu mewah seperti Surabaya kesan aura kota metropolis penyangga Jawa Tengah tetaplah terjaga. Ini praduga, karen...