Ini namanya "Bingung"


Apa yang kan saya bagikan hari ini? Ah, terlalu kaku. Bagaimana kalau pakai ganti Aku saja ya?

Baiklah kita mulai darimana? Memang agak berat untuk memulai kembali rutinitas yang tlah lama tertinggalkan, ya ini masih semacam alasan dan pembenaran atas rasa malas. Hmmmm…. Lantas apakah tulisan sampah semacam ini memang masih layak saja dibaca? Ah tentu kalian lebih tahu daripada diriku, di mana kata-kata tak pernah hadir tanpa sebab, dia lahir lalu mengalir, hadir di antara titik nadir yang anehnya selalu menuju hilir, entah berujud angin yang semilir atau bau yang suangat anyir. Mari, sila menyinyir. Nyengir juga boleh.

Aku sama sekali tidak peduli dengan cemooh, ku tekankan sekali lagi aku tidak pernah ada niatan khusyuk menulis, yang sedang ku lakukan adalah menjadi wasilah untuk merangkai kata, entah perintah darimana, itu tidaklah penting. Kepanjangan ya? Kok gak titik titik dari tadi, ya Namanya juga nulis seadanya, tanpa kaidah yang jelas. Kan Panjang…. Hmmmm

Sumpah saya, eh aku hanya fasilitator saja.

Saya loh merangkai kata-kata ini juga tidak terlalu serius, lah ini sambil mendengarkan musik David Guetta. Tadi, sepulang dari makan pagi plus siang kepikiran buat tulisan, isinya tentang cinta. Semacam otak atik sekitar ihwal cinta, lah terus bingung mau memulai darimana. Soalnya sudah lama juga tidak latihan merangkai kata.

Jika engkau berteman denganku di Instagram pasti tahu sedikit celoteh tidak jelasku, anggaplah sampah. Toh, tulisan itu hadir bukan karena kemauanku juga. Mereka hadir atas kehendak pencipta, terkadang aku tertawa pernah melahirkan mereka. Kok bisa aku merangkai kata sedemikian rupa? Kau tahu aku tidak pernah merencanakan beberapa suku kata atau konsonan itu memiliki penggemar atau sekedar pengagum. Oh tentu tidak. Dengan fakta ada beberapa manusia yang senang dengan tulisanku itu pun sudah membuatku senang, setidaknya membantu manusia-manusia untuk membaca. Sebagian dari pembaca bertanya kapan aku menulis novel, aduh. Pertanyaan yang sangat berat, menyusun lakon saja belum begitu sanggup. Jangan lagi susunan kata yang cukup amburadul ini.

MAS MBOK YA TULISANNYA DILENGKAPI DENGAN SUBYEK, PREDIKAT, OBJEK DAN KETERANGAN. YA SAMPEAN BISA BACA, ORANG LAIN BAGAIMANA? Ini komentar dosen pembimbingku atas hasil rangkaian kata ku di tugas akhir, betapa menyedihkan bukan?

LAH SAMPEAN KAN SUDAH BANYAK BACA NOVEL MAS, PASTI BISA MERANGKAI KATA. TAHU TANDA BACA, KAPAN MEMAKAI KOMA DAN TITIK. Kalau ini kata seorang teman, editor masyhur. Orang di balik layar berjalannya beberapa data politik. Kalimat awal temanku memang benar, hobiku adalah membaca novel. Novel apa? Nanti kita adakan seksi khusus lah ya. Komentar temanku ini benar, tapi yang terakhir menurutku salah.

Menulis karya ilmiah tidak sebebas menulis dalam media lain. Misal, gaya seorang jurnalis pasti akan sedikit didehemkan oleh beberapa akademisi, karena berbeda corak teknis penulisan. Ya sama dengan yang ku rasa, ah iya. Masalah ini pernah ku singgung di salah satu twitku, tapi akhirnya diku tersadar, perlu keberanian untuk mencoba. Hmmmm…. Ternyata revisi juga memalaskan juga. Ah iya, aku masih bingung hendak membagi apa di sini. Embuhlah. Tulisan ini sudah banyak ternyata.

Sudah dulu, azan ashar memanggil. Waktunya?

Capek ya baca tulisan  dengan font gak genah seperti ini? :p

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nomor Stambuk, nomor legenda.

Gila Sama Dengan Waras

Jejak Temu