Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2017

Imam bingung, makmum mutung.

Subhanallah, pekik seseorang yang tepat berada di sampingku. Sejenak bapak itu tetap kukuh duduk dalam keyakinannya, hingga pada suatu waktu menyerah pada statusnya sebagai makmum. Sungguh benar-benar mengganggu shalatku yang tidak khusyu-khusyu amat menjadi tidak khusyu sama sekali. Maaf bapak bukan menyalahkan jenengan. Kumantapkan keyakinan, bahwa tiada hal yang perlu di ralat. Shalat itu pun berhasil ku lanjutkan. Ternyata shafku, termasuk orang yang peka. Tertangkap oleh telinga dan mata dua orang yang memprotes keputusan sang imam. Seperti yang tlah disebutkan tadi, satu persis di sampingku, satu lagi berjarak 3 orang dari tempatku berdiri. Nah ini kok aku bisa tahu? Padahal kan dalam shalat dilarang lengak-lengok kanan kiri, tapi maafkanlah jangkauan mata yang luas ini. Tenang saja, hanya mata yang berputar-putar, tidak demikian dengan leher. Jadi masih disebut sah lah shalatnya, hematku. Hematmu? Ini dia, yakinku mengatakan bahwa orang yang satu ini (berjarak 3 orang darik...

Asa Untuk Timnas U22 : Sebuah Ulasan Sederhana Vs Puerto Rico

Timnas Indonesia kembali imbang, hmmm. Sepertinya hal yang biasa, malah sering kalah. Pola permainan, fisik kedodoran, organisasi pertahanan, atau konsentrasi sering menjadi alasan jika timnas kalah. Tapi tunggu, ada baiknya menunggu. Timnas tidak semena-mena bermain imbang dengan lawannya setidaknya dalam pertandingan tadi malam. Bermain di hadapan publik sendiri, ekspektasi digantungkan tinggi pada pundak para pemain. Bertempat di Maguwoharjo Internasional Stadium selasa (13/06), markas yang terkenal dengan kreasi suporter PSS Sleman Brigata Curva Sud /BCS (yang semalam hanya terdengar nyanyiannya saja, tanpa koreo atau aksi memukau lainnya yang sering terlihat ketika PSS bertanding). Indonesia U22 dengan gagah berani menantang sangara Puerto Rico senior, meskipun banyak mempertanyakan  sebenarnya Puerto Rico itu dimana sih? Nama klub ya? Silakan cari sendiri. Peran pemain senior Bermain dengan mengandalkan beberapa pemain senor, semisal Kurnia Meiga, Stefano Lillipaly, Ba...

Nomor Stambuk, nomor legenda.

Dunia medsos mendadak heboh dengan nomor stambuk beserta riwayat hidup tatkala di pondok dulu, lengkap dengan lika-liku jalan yang ditempuh. Kebanyakan postingan lucu, hingga mengejangkan perut. Masing-masing “mantan” santri atau alumni pondok berlomba menunjukan sisi unik dari kenangan di pondok dulu. Kata-kata yang tidak asing didengungkan, seperti baqoyat, proletar, bondet, insan siqoh, gholat, dan masih banyak lagi. tentunya, kata-kata ini merefleksikan nostalgia, beserta kenangan yang terbawa. Bagi sebagian orang yang tidak mondok, bahkan santri pun belum tentu familiar dengan kata stambuk. Sebenarnya apa stambuk itu sendiri? Ada baiknya stambuk diperkenalkan sebelum sebagai muqaddimah dari sebuah perjalanan. Nomor stambuk adalah nomor induk santri yang diberikan setelah sang santri dinyatakan lulus. Tidak semua pondok memiliki nomor stambuk, bisa juga memakai istilah nomor induk santri dst. Nomor stambuk menunjukkan jumlah santri yang pernah dan sedang mondok di pondok terseb...

Sebuah ang..... an

Ah lagi-lagi hari ini tiba, dan tibalah untuk bercerita. Setelah sekian lama, lemak malas semakin menumpuk. Apalah itu namanya, semua hal terasa berbeda jika tiada wasilah tulis sebagai media. Sudahlah. Hari tlah berganti, tak bisa kuhindari. Tibalah saat ini.... eh, kok malah nyanyi. Piye to ger? Masih ribut dengan diksi tesis ya? Bualan, harapan semua ditinggal kata “an” jadilah? Hah. Bukankah sudah sepakat setidaknya untuk tidak membahas tesis, enggak bosan didera pertanyaan “kapan lulus?” sambung menyambung. Hari ini tutup, mari bicarakan hal lain. Ah. Berhubung hari tlah merabukan diri, maka maafkanlah tulisan yang menyaru selasa, alias cerita tentang hari selasa. Jadi maafkanlah tulisan yang menselasakan diri. Matari berjalan dengan bengis, cepat menukik dari barat ke timur atau sebaliknya. Ah, mengapa dengan memori otakku? Semua nampak berjalan sesuai rencana? Rencana mana? Rencana untuk menyelesaikan kewajiban yang hanya berkutat di teori wacana saja. Menguap dalam balu...