Postingan

Menampilkan postingan dari 2016

Selamat, sekali lagi selamat

Menjadi tahun baru selalu tidak mengenakan hati. Mengapa tidak? Untaian harapan serta janji palsu selalu membumbung tinggi di angkasa berbarengan dengan meletusnya kembang api pada pergantian hari. Heuh. Sekali lagi harapan tinggi akan selalu mengiringi pergantian tahun. Tahun ini harus lebih baik. Besok tahun ganjil maka saya harus bla bla bla bla, sampah. Hari esok memang yang selalu tersiksa sebagai pelaksana harian, intensitas niat dan harapan lebih tinggi kan? Setidaknya sebelum terpejamnya mata manusia ada harapan, target yang kudu direalisasikan untuk esok hari. Membebani? Tidak bagi sebagian orang saja. Bahkan ada yang mengatakan ini adalah bentuk motivasi agara setiap harinya ada pekerjaan yang jelas dan bermanfaat, setidaknya. Nah jika terlaksana perencanaan, jika tidak? Apa tidak kasihan kepada hari esok yang selalu menyaksikan harapan yang hanya tersemat saja, tanpa hasil pasti. Dan lagi, pemberi harapan palsu. Kembali lagi. Tahun baru, pembaruan niat katanya. Ko...

Umbel di Shalat Jumat

Allahu maghfir lii dzunubii  wa li wa lidayya warham humaa ka maa rabbayanii shagiraa… Kira-kira apa yang salah dari baris doa ini? ketikannya, kemiringinnya, tebal huruf atau fontnya yang seharusnya menggunakan huruf arab? Atau ada opsi lain lagi yang tidak tersebut, nah itu tugas anda untuk menyebutkan. Doa di atas sangat populer bagi pemeluk agama Islam, sebagai doa untuk orangtua. Sebenarnya tidak  khusus orang Islam saja kok yang boleh melafalkan doa ini. Saudara kristiani, budha, hindu, konghucu, yahudi dan agama yang lainnya yang mempercayai Tuhan. Toh niatan doa ini adalah untuk membalas kebaikan kedua orangtua. Bebas saja bagi siapapun yang masih menganggap jasa orangtua untuk memanjatkan doa dengan kalimat di atas. Lantas mengenai problem bahasa arab yang selalu diakronimkan kepada Islam nanti lain waktu kita bahas. Sebelum memulai bercerita, saya mohon agar doa diatas kembali dibaca, diperiksa, usahakan tidak ada yang berubah redaksinya. Sudah? Oke. Mari otak...

Romantika HP Jadoel

Handphone/hp telah bergeser adanya menjadi kebutuhan primer, bukan lagi sekunder. Hp adalah raja baru dunia “modern”. Adapun aku yang “klasik” (sebutan sendiri) serta tradisional (lagi-lagi riset didanai oleh pribadi dan untuk diri sendiri) masih lah “ndeso”. Aku tak merasa asing dengan hal ini. Yang membuat miris kala melihat mereka menjadi abdi,toh hp kan diciptakan oleh manusia. Kok yo iso mempertuan seng nyiptake? (Cerita korban: AKU). Virus android melanda, manusia memilih untuk menikmati. Toh ya apa salah membelanjakan uang hasil keringat sendiri, mosok yo duit ape ditumpuk wae ndek gudang? Kalau lagi males ketemu seseorang ada trik baru, pura-pura sibuk dengan hp. Kini hp dapat menunjangnya, mungkin anak-anak zaman sekarang belum pernah asiknya menunggu sms (juga susahnya melihat “smiley” pada hp citul). Permasalahan semakin pelik, selain hp yang mulai renta (karena sering di telpon tapi “dengan lugu” suara manis berujar “maaf nomer yang anda tuju sedang tidak akti...