Romantika sejarah yang tercecer
Ingatanku tersentak, menyembul ke permukaan, mengotak -atik perihal sejarah. Percakapan yang seharusnya tidak perlu untuk diperdengarkan (nguping) mengusik memori yang telah lama terpendam. Secara konstan hadir untuk kembali diperbincangkan, diperdebatkan, bahkan direnungkan (jika perlu). Jika isu tidak digulirkan pada institusi pendidikan (apalagi berbasis Islam), maka tidak sedikit menjadi soal. Sekilas masalah ini remeh. Penjahat harus dibunuh, dimusnahkan itu suatu yang halal, bahkan seperti itulah setidaknya plot-plot cerita tentang kepahlawanan. Apalah aku, apalah aku, apalah aku, yang hanya membual saja. Baik. Seorang anak bertanya kepada Ibunya. "Bu. Begitu kejamkah P** itu, hingga menyiksa manusia sedemikian rupa?" Sang ibu tergeragap dengan pertanyaan semacam ini. Sambil bertanya-tanya dalam hati, dapat kabar darimana anak ini. Sang Ibu hanya tahu memasukan anaknya ke institusi agama, untuk memperdalam ilmu agama. Seharusnya masalah kebrutalan tidak terlalu...